Halaman

    Social Items

 
konstipasi

Pengertian Konstipasi


Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak bisa sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-gejala tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran sangat besar atau sangat kecil.

Tingkat keseriusan penyakit ini berbeda-beda pada tiap penderita. Ada orang yang mengalami konstipasi untuk waktu singkat, tapi ada juga yang bisa mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Konstipasi jangka panjang biasanya menyebabkan rasa sakit dan rasa ketidaknyamanan yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari. 

Beberapa Penyebab Konstipasi


Konstipasi adalah penyakit yang sangat umum. Penyakit ini dua kali lebih banyak dialami wanita daripada pria, terutama pada masa kehamilan. Konstipasi juga lebih sering terjadi pada manula.

Penyebab konstipasi pada seseorang bisa lebih dari satu. Ada beberapa faktor pemicu yang bisa memengaruhinya. Misalnya kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan pola makan serta kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Selain gaya hidup yang kurang sehat, konstipasi juga dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan tertentu dan kondisi mental seperti kecemasan dan depresi.
Sedangkan pada anak-anak, pola makan yang buruk, rasa cemas saat menggunakan toilet, dan masalah saat latihan menggunakan toilet bisa menjadi penyebab konstipasi. 

Langkah Pengobatan Konstipasi


Perubahan pola makan dan gaya hidup dianjurkan sebagai penanganan pertama untuk mengobati konstipasi. Langkah penanganan ini meliputi:
  • Meningkatkan konsumsi serat per hari secara bertahap.
  • Banyak minum air putih.
  • Lebih sering berolahraga.

Jika perubahan sederhana pada pola makan dan gaya hidup tidak bisa membantu, sebaiknya Anda menemui dokter. Setelah mendiagnosis kondisi Anda, dokter biasanya akan memberikan obat pencahar untuk melancarkan proses buang air besar. Langkah ini pada umumnya efektif, tapi tubuh Anda membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membiasakan diri dengan proses buang air besar secara rutin.

Obat pencahar sering dianjurkan untuk anak-anak dengan dibarengi perubahan pola makan dan gaya hidup. Karena itu, bawalah anak Anda ke dokter jika anak Anda mengalami konstipasi yang tidak kunjung sembuh.

Selain mengubah pola makan dan gaya hidup, Anda juga bisa mengurangi risiko terkena konstipasi dengan tidak mengabaikan keinginan untuk ke toilet dan mengatur jadwal buang air besar agar bisa dilakukan dengan leluasa dan nyaman.

Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi. Tetapi jika dialami secara jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan hemoroid atau wasir, serta impaksi feses atau menumpuknya tinja kering dan keras di rektum. Anda juga sebaiknya menemui dokter jika mengalami:
  • Pendarahan di rektum.
  • Rasa lelah berkepanjangan.
  • Penurunan badan tanpa sebab yang jelas.

Gejala Konstipasi


Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dan frekuensinya yang jarang dibandingkan saat masih dalam kondisi sehat. Anda juga mungkin harus mengejan saat buang air besar dan merasa prosesnya tidak tuntas. Tinja Anda bisa terlihat kering, keras, dan padat dengan ukuran besar atau sangat kecil. Gejala lain yang mungkin Anda alami saat konstipasi meliputi sakit dan kram perut, perut terasa kembung, mual dan tidak nafsu makan.

Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi anak-anak dan bayi juga sering mengeluarkan bercak-bercak cairan di celana karena tinja yang menumpuk di rektum. Mereka juga cenderung terlihat lemas, rewel atau murung pada saat mengalami konstipasi.

Periksakan diri ke dokter jika selain mendapat gejala konstipasi, Anda mulai mengalami demam, muntah-muntah, penurunan berat badan, luka pada kulit sekitar sekitar anus atau jika terlihat darah saat buang air besar.

Penyebab Konstipasi


Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Karena banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering. Penyebab penyakit ini bisa lebih dari satu faktor. 

Pengaruh Gaya Hidup dan Psikologis


Ada beberapa faktor dalam gaya hidup sehari-hari yang dapat berperan besar sebagai penyebab konstipasi. Di antaranya:
  • Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
  • Kurang aktif dan olahraga.
  • Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet.
  • Kekurangan atau kelebihan berat badan.
  • Kecemasan atau depresi.

Gangguan pada Kolon dan Rektum


Konstipasi merupakan kondisi yang umumnya ringan dan dapat ditangani dengan mudah. Walau terhitung jarang, konstipasi bisa disebabkan oleh penyakit lain yang lebih serius. 

Penyumbatan pada rektum
Penyumbatan ini dapat mengakibatkan penumpukan tinja dan biasanya disebabkan oleh:
  • Prolaps rektum.
  • Penyumbatan atau penyempitan usus.
  • Kanker usus besar atau rektum.

Gangguan saraf di sekitar kolon dan usus besar
Kinerja otot-otot pada kolon dan rektum juga akan terpengaruh jika ada gangguan pada sistem saraf di sekitar bagian tersebut. Misalnya karena mengidap penyakit Parkinson, stroke, atau cedera pada saraf tulang belakang. Dengan terganggunya saraf pada otot yang ada pada dinding sistem pencernaan, otot usus tidak bisa berkontraksi dengan baik untuk mendorong kotoran keluar. 

Pengaruh Penyakit Lain


Meski jarang terjadi, penyakit-penyakit yang memengaruhi hormon juga dapat menjadi penyebab konstipasi. Misalnya diabetes, kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme), atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme). 

Efek Samping Obat-obatan Tertentu


Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut. Jenis-jenis obat yang terkadang dapat menyebabkan konstipasi adalah:
  • Suplemen kalsium.
  • Suplemen zat besi.
  • Antasida yang mengandung aluminium.
  • Obat diuretik.
  • Analgesik yang mengandung opium, misalnya kodein dan morfin.
  • Antidepresan.
  • Antiepileptik untuk pengobatan epilepsi.
  • Antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya.

Konstipasi Pada Bayi dan Anak-anak


Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah:
  • Pola makan yang buruk, misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih atau kurang asupan seratnya.
  • Sering menahan keinginan buang air besar, misalnya karena terlalu asyik bermain.
  • Merasa tertekan saat latihan menggunakan toilet, misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati.
  • Perubahan rutinitas, misalnya cemas karena hari pertama masuk sekolah.
  • Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet.
  • Pengaruh gangguan lain, misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.

 

Konstipasi dan Kehamilan


Konstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormon progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.

Diagnosis Konstipasi


Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis adalah jika Anda perlu mengejan lebih lama dari biasanya tiap kali buang air besar, frekuensi buang air besar Anda jika kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran.

Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk memeriksa jika Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak).

Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya:
  • Rontgen perut.
  • Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum.
  • Kolonoskopi.
  • CT scan.

Pengobatan Konstipasi


Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk melancarkan pencernaan agar pengidap dapat buang air besar secara teratur.Penanganan pertama untuk konstipasi yang sering dianjurkan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup, terutama meningkatkan konsumsi serat.

Serat adalah bagian dari makanan yang tidak bisa diserap oleh tubuh sehingga dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Serat banyak terkandung di dalam buah, sayur, dan sereal. Tingkat kecukupan serat yang terkandung di dalam asupan makanan akan berdampak kepada kelancaran sistem pencernaan.

Selain itu, terdapat langkah-langkah lainnya untuk melancarkan sistem pencernaan tubuh, antara lain:
  • Memperbanyak konsumsi air putih.
  • Meningkatkan frekuensi olahraga, misalnya lari pagi atau sore tiap hari.
  • Tidak mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Coba letakkan lutut Anda pada posisi lebih tinggi dari pinggul pada saat buang air besar, misalnya dengan meletakkan kaki di bangku.

Penanganan dengan Obat Pencahar


Jika langkah penanganan awal kurang efektif, dokter biasanya akan menganjurkan penggunaan obat pencahar. Harap diingat bahwa selama menggunakan obat pencahar, Anda atau anak Anda dianjurkan untuk banyak minum air putih. Obat ini akan melancarkan proses buang air besar dan memiliki beberapa jenis.
  • Obat pencahar osmotikPencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga merangsang tubuh untuk melunakkan dan mendorong tinja. Contoh yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol.
  • Obat pencahar pembentuk tinjaObat ini akan membuat tinja Anda menyerap cairan dan menjadi lunak sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Oleh karena itu, penderita sebaiknya banyak minum air ketika menggunakan obat pencahar jenis ini. Sekam ispaghula dan metilselulosa adalah dua contoh pencahar pembentuk tinja yang sering diberikan oleh dokter.
  • Obat pencahar stimulanObat ini akan merangsang dan membantu otot yang melapisi saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah sennabisacodyl dan sodium picosulphate.

Durasi penggunaan obat pencahar tergantung kepada tingkat keparahan konstipasi yang Anda alami. Jika mengalami konstipasi akibat obat atau penyakit lain, Anda mungkin harus mengonsumsi pencahar untuk waktu yang lebih lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dosisnya juga harus dikurangi secara bertahap dan satu demi satu jika Anda menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat pencahar.

Khusus bagi anak-anak yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika dibutuhkan.

Obat pencahar juga dapat digunakan oleh ibu hamil karena sebagian besar obat ini tidak diserap oleh sistem pencernaan sehingga tidak akan berdampak pada janin. Pencahar yang aman untuk masa kehamilan adalah pencahar osmotik laktulosa dan macrogol. Jika keduanya tidak efektif, dokter akan menganjurkan bisacodyl atau senna (pencahar stimulan) dosis rendah. Tetapi senna tidak cocok untuk diminum pada masa kehamilan trimester ketiga karena sebagian obat ini akan terserap oleh sistem pencernaan. 

Penanganan Konstipasi Pada Bayi


Langkah penanganan untuk bayi tergantung kepada apakah bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat atau belum.Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi Anda mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Gerakan kaki seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa Anda lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya.

Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah yang dicampurkan air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, apel, avokad, kiwi, pisang, mangga, stroberi dan pepaya.

Jika perubahan pola makan ini tidak efektif, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik atau stimulan untuk mengatasi konstipasi. 

Langkah Pengobatan untuk Impaksi Feses


Impaksi feses terjadi saat ada tinja keras dan kering yang menumpuk serta menyumbat rektum. Pengobatan untuk komplikasi ini biasanya dilakukan dengan mengombinasikan pencahar osmotik macrogol dosis tinggi dan pencahar stimulan.

Tetapi jika tubuh Anda tidak bereaksi terhadap pencahar ini, dokter akan memberikan enema kecil atau supositoria. Enema adalah obat cair yang disuntikkan ke dalam usus besar melalui anus. Docusate dan natrium sitrat bisa diberikan sebagai enema. Sedangkan supositoria adalah kapsul yang dimasukkan melalui anus. Obat ini akan larut secara bertahap, lalu terserap ke dalam aliran darah. Contohnya adalah bisacodyl. 

Komplikasi


Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali Anda mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Hemoroid atau wasir – pembengkakan pembuluh darah di rektum bagian bawah dan anus yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga menyebabkan pendarahan.
  • Fisura pada anus. Mengejan terlalu lama, tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus.
  • Impaksi feses – menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut.
  • Prolaps rektum – rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.

Pencegahan Konstipasi


Terdapat beberapa langkah sederhana untuk menghindari konstipasi, antara lain:
  • Perbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.
  • Perbanyaklah konsumsi cairan agar kotoran dalam usus selalu lunak.
  • Kurangi konsumsi minuman berkafein, minuman bersoda, dan minuman keras.
  • Tingkatkan frekuensi olahraga hingga setidaknya 2-3 jam dalam seminggu. Rutin berolahraga tidak hanya akan membantu menurunkan risiko konstipasi, tapi dapat mencegah terjadinya penyakit lain juga.
  • Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman.

Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan Konstipasi

 
konstipasi

Pengertian Konstipasi


Konstipasi adalah kondisi tidak bisa buang air besar secara teratur atau tidak bisa sama sekali. Jika mengalaminya, Anda biasanya akan mengalami gejala-gejala tertentu. Misalnya tinja Anda menjadi keras dan padat dengan ukuran sangat besar atau sangat kecil.

Tingkat keseriusan penyakit ini berbeda-beda pada tiap penderita. Ada orang yang mengalami konstipasi untuk waktu singkat, tapi ada juga yang bisa mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Konstipasi jangka panjang biasanya menyebabkan rasa sakit dan rasa ketidaknyamanan yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari. 

Beberapa Penyebab Konstipasi


Konstipasi adalah penyakit yang sangat umum. Penyakit ini dua kali lebih banyak dialami wanita daripada pria, terutama pada masa kehamilan. Konstipasi juga lebih sering terjadi pada manula.

Penyebab konstipasi pada seseorang bisa lebih dari satu. Ada beberapa faktor pemicu yang bisa memengaruhinya. Misalnya kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan pola makan serta kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Selain gaya hidup yang kurang sehat, konstipasi juga dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan tertentu dan kondisi mental seperti kecemasan dan depresi.
Sedangkan pada anak-anak, pola makan yang buruk, rasa cemas saat menggunakan toilet, dan masalah saat latihan menggunakan toilet bisa menjadi penyebab konstipasi. 

Langkah Pengobatan Konstipasi


Perubahan pola makan dan gaya hidup dianjurkan sebagai penanganan pertama untuk mengobati konstipasi. Langkah penanganan ini meliputi:
  • Meningkatkan konsumsi serat per hari secara bertahap.
  • Banyak minum air putih.
  • Lebih sering berolahraga.

Jika perubahan sederhana pada pola makan dan gaya hidup tidak bisa membantu, sebaiknya Anda menemui dokter. Setelah mendiagnosis kondisi Anda, dokter biasanya akan memberikan obat pencahar untuk melancarkan proses buang air besar. Langkah ini pada umumnya efektif, tapi tubuh Anda membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membiasakan diri dengan proses buang air besar secara rutin.

Obat pencahar sering dianjurkan untuk anak-anak dengan dibarengi perubahan pola makan dan gaya hidup. Karena itu, bawalah anak Anda ke dokter jika anak Anda mengalami konstipasi yang tidak kunjung sembuh.

Selain mengubah pola makan dan gaya hidup, Anda juga bisa mengurangi risiko terkena konstipasi dengan tidak mengabaikan keinginan untuk ke toilet dan mengatur jadwal buang air besar agar bisa dilakukan dengan leluasa dan nyaman.

Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi. Tetapi jika dialami secara jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan hemoroid atau wasir, serta impaksi feses atau menumpuknya tinja kering dan keras di rektum. Anda juga sebaiknya menemui dokter jika mengalami:
  • Pendarahan di rektum.
  • Rasa lelah berkepanjangan.
  • Penurunan badan tanpa sebab yang jelas.

Gejala Konstipasi


Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dan frekuensinya yang jarang dibandingkan saat masih dalam kondisi sehat. Anda juga mungkin harus mengejan saat buang air besar dan merasa prosesnya tidak tuntas. Tinja Anda bisa terlihat kering, keras, dan padat dengan ukuran besar atau sangat kecil. Gejala lain yang mungkin Anda alami saat konstipasi meliputi sakit dan kram perut, perut terasa kembung, mual dan tidak nafsu makan.

Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi anak-anak dan bayi juga sering mengeluarkan bercak-bercak cairan di celana karena tinja yang menumpuk di rektum. Mereka juga cenderung terlihat lemas, rewel atau murung pada saat mengalami konstipasi.

Periksakan diri ke dokter jika selain mendapat gejala konstipasi, Anda mulai mengalami demam, muntah-muntah, penurunan berat badan, luka pada kulit sekitar sekitar anus atau jika terlihat darah saat buang air besar.

Penyebab Konstipasi


Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Karena banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering. Penyebab penyakit ini bisa lebih dari satu faktor. 

Pengaruh Gaya Hidup dan Psikologis


Ada beberapa faktor dalam gaya hidup sehari-hari yang dapat berperan besar sebagai penyebab konstipasi. Di antaranya:
  • Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
  • Kurang aktif dan olahraga.
  • Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet.
  • Kekurangan atau kelebihan berat badan.
  • Kecemasan atau depresi.

Gangguan pada Kolon dan Rektum


Konstipasi merupakan kondisi yang umumnya ringan dan dapat ditangani dengan mudah. Walau terhitung jarang, konstipasi bisa disebabkan oleh penyakit lain yang lebih serius. 

Penyumbatan pada rektum
Penyumbatan ini dapat mengakibatkan penumpukan tinja dan biasanya disebabkan oleh:
  • Prolaps rektum.
  • Penyumbatan atau penyempitan usus.
  • Kanker usus besar atau rektum.

Gangguan saraf di sekitar kolon dan usus besar
Kinerja otot-otot pada kolon dan rektum juga akan terpengaruh jika ada gangguan pada sistem saraf di sekitar bagian tersebut. Misalnya karena mengidap penyakit Parkinson, stroke, atau cedera pada saraf tulang belakang. Dengan terganggunya saraf pada otot yang ada pada dinding sistem pencernaan, otot usus tidak bisa berkontraksi dengan baik untuk mendorong kotoran keluar. 

Pengaruh Penyakit Lain


Meski jarang terjadi, penyakit-penyakit yang memengaruhi hormon juga dapat menjadi penyebab konstipasi. Misalnya diabetes, kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme), atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme). 

Efek Samping Obat-obatan Tertentu


Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut. Jenis-jenis obat yang terkadang dapat menyebabkan konstipasi adalah:
  • Suplemen kalsium.
  • Suplemen zat besi.
  • Antasida yang mengandung aluminium.
  • Obat diuretik.
  • Analgesik yang mengandung opium, misalnya kodein dan morfin.
  • Antidepresan.
  • Antiepileptik untuk pengobatan epilepsi.
  • Antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya.

Konstipasi Pada Bayi dan Anak-anak


Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah:
  • Pola makan yang buruk, misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih atau kurang asupan seratnya.
  • Sering menahan keinginan buang air besar, misalnya karena terlalu asyik bermain.
  • Merasa tertekan saat latihan menggunakan toilet, misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati.
  • Perubahan rutinitas, misalnya cemas karena hari pertama masuk sekolah.
  • Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet.
  • Pengaruh gangguan lain, misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.

 

Konstipasi dan Kehamilan


Konstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormon progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.

Diagnosis Konstipasi


Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis adalah jika Anda perlu mengejan lebih lama dari biasanya tiap kali buang air besar, frekuensi buang air besar Anda jika kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran.

Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk memeriksa jika Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak).

Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya:
  • Rontgen perut.
  • Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum.
  • Kolonoskopi.
  • CT scan.

Pengobatan Konstipasi


Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk melancarkan pencernaan agar pengidap dapat buang air besar secara teratur.Penanganan pertama untuk konstipasi yang sering dianjurkan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup, terutama meningkatkan konsumsi serat.

Serat adalah bagian dari makanan yang tidak bisa diserap oleh tubuh sehingga dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Serat banyak terkandung di dalam buah, sayur, dan sereal. Tingkat kecukupan serat yang terkandung di dalam asupan makanan akan berdampak kepada kelancaran sistem pencernaan.

Selain itu, terdapat langkah-langkah lainnya untuk melancarkan sistem pencernaan tubuh, antara lain:
  • Memperbanyak konsumsi air putih.
  • Meningkatkan frekuensi olahraga, misalnya lari pagi atau sore tiap hari.
  • Tidak mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Coba letakkan lutut Anda pada posisi lebih tinggi dari pinggul pada saat buang air besar, misalnya dengan meletakkan kaki di bangku.

Penanganan dengan Obat Pencahar


Jika langkah penanganan awal kurang efektif, dokter biasanya akan menganjurkan penggunaan obat pencahar. Harap diingat bahwa selama menggunakan obat pencahar, Anda atau anak Anda dianjurkan untuk banyak minum air putih. Obat ini akan melancarkan proses buang air besar dan memiliki beberapa jenis.
  • Obat pencahar osmotikPencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga merangsang tubuh untuk melunakkan dan mendorong tinja. Contoh yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol.
  • Obat pencahar pembentuk tinjaObat ini akan membuat tinja Anda menyerap cairan dan menjadi lunak sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Oleh karena itu, penderita sebaiknya banyak minum air ketika menggunakan obat pencahar jenis ini. Sekam ispaghula dan metilselulosa adalah dua contoh pencahar pembentuk tinja yang sering diberikan oleh dokter.
  • Obat pencahar stimulanObat ini akan merangsang dan membantu otot yang melapisi saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah sennabisacodyl dan sodium picosulphate.

Durasi penggunaan obat pencahar tergantung kepada tingkat keparahan konstipasi yang Anda alami. Jika mengalami konstipasi akibat obat atau penyakit lain, Anda mungkin harus mengonsumsi pencahar untuk waktu yang lebih lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dosisnya juga harus dikurangi secara bertahap dan satu demi satu jika Anda menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat pencahar.

Khusus bagi anak-anak yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika dibutuhkan.

Obat pencahar juga dapat digunakan oleh ibu hamil karena sebagian besar obat ini tidak diserap oleh sistem pencernaan sehingga tidak akan berdampak pada janin. Pencahar yang aman untuk masa kehamilan adalah pencahar osmotik laktulosa dan macrogol. Jika keduanya tidak efektif, dokter akan menganjurkan bisacodyl atau senna (pencahar stimulan) dosis rendah. Tetapi senna tidak cocok untuk diminum pada masa kehamilan trimester ketiga karena sebagian obat ini akan terserap oleh sistem pencernaan. 

Penanganan Konstipasi Pada Bayi


Langkah penanganan untuk bayi tergantung kepada apakah bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat atau belum.Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi Anda mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Gerakan kaki seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa Anda lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya.

Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah yang dicampurkan air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, apel, avokad, kiwi, pisang, mangga, stroberi dan pepaya.

Jika perubahan pola makan ini tidak efektif, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik atau stimulan untuk mengatasi konstipasi. 

Langkah Pengobatan untuk Impaksi Feses


Impaksi feses terjadi saat ada tinja keras dan kering yang menumpuk serta menyumbat rektum. Pengobatan untuk komplikasi ini biasanya dilakukan dengan mengombinasikan pencahar osmotik macrogol dosis tinggi dan pencahar stimulan.

Tetapi jika tubuh Anda tidak bereaksi terhadap pencahar ini, dokter akan memberikan enema kecil atau supositoria. Enema adalah obat cair yang disuntikkan ke dalam usus besar melalui anus. Docusate dan natrium sitrat bisa diberikan sebagai enema. Sedangkan supositoria adalah kapsul yang dimasukkan melalui anus. Obat ini akan larut secara bertahap, lalu terserap ke dalam aliran darah. Contohnya adalah bisacodyl. 

Komplikasi


Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali Anda mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Hemoroid atau wasir – pembengkakan pembuluh darah di rektum bagian bawah dan anus yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga menyebabkan pendarahan.
  • Fisura pada anus. Mengejan terlalu lama, tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus.
  • Impaksi feses – menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut.
  • Prolaps rektum – rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.

Pencegahan Konstipasi


Terdapat beberapa langkah sederhana untuk menghindari konstipasi, antara lain:
  • Perbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.
  • Perbanyaklah konsumsi cairan agar kotoran dalam usus selalu lunak.
  • Kurangi konsumsi minuman berkafein, minuman bersoda, dan minuman keras.
  • Tingkatkan frekuensi olahraga hingga setidaknya 2-3 jam dalam seminggu. Rutin berolahraga tidak hanya akan membantu menurunkan risiko konstipasi, tapi dapat mencegah terjadinya penyakit lain juga.
  • Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
  • Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman.

Tidak ada komentar

Silahkan tulis komentar anda di kolom komentar di bawah ini, komentar yang mengandung link aktif tidak akan tampil sebelum disetujui. Terimakasih